BONE, KOMPAK NUSANTARA.COM --Seorang lelaki berbaju putih berambut pirang berasal dari kabupaten gowa di sebuah ruangan hotel Horisson makassar, sambil tersenyum lalu memperkenalkan namanya adalah RONI SAPUTRA. Kamis, 31 Oktober 2024.
Awal tahun 2015 adalah proses perjalanan menghadapi penyakit yang memiliki stigma dimasyarakat, hal yang tidak mudah untuk di lewati seseorang anak berumur 17 tahun yang sedang duduk di bangku sekolah SMK Negeri 1 Sulawesi Selatan kelas 2.
Masih di tahun yang sama Roni bersama keluarganya melakukan pemeriksaan di berbagai spesialis kulit namun tidak mengetahui penyakit kulit apa yang sedang di alami sehingga melanjutkan pemeriksaan di puskesmas Pallangga kabupaten gowa, dari hasil pemeriksaan Roni bersama keluarganya di arahkan keruangan poli TB/kusta yang memperlihatkan gambar yang membuat Roni dan keluarganya kaget.
Masih dalam kondisi proses pemulihan hal yang sering alami, banyak pertanyaan dari teman sebaya di sekolahnya “kenapa itu kulitta menghitam?, tidak di pukul jaki dirumahta? Kalo di pukulki dirumahta, ayo kita lapor polisi dan Kenapa kaku tanganta?” Namun di jawab dengan tenang kalo ini hal yang biasa atau tidak di tanggapi, tetapi hal itu tidak membuat Roni mengurungkan niatnya untuk melanjutkan sekolahnya karena dalam fikirannya bahwa Pendidikan itu penting dan ini bagian dari masa depan.
Hal yang paling menganggu Ketika jari tangan mulai kaku kurang lebih 1 tahun/ 8 bulan dengan proses perawatan diri dengan cara merendam dengan air dan membiasakan dengan mengurut, kondisi tubuh mengalami sakit sekitat 2 bulan lebih dan kulit mulai menghitam, air seni mulai kemerahan karena meminum obat yang banyak/efek samping dari obat,
namun itu harus di lewati karena menurut pendampingan dari tenaga medis itu bagian dari efek obat, tenaga medis yang mendampangi saya sangat baik karena tak henti untuk menyemangati saya dan hal sering dikatakan untuk menghentikan penyakit itu dengan meminum obat, apapun penyakitnya Ketika dihadapi dengan tenang dan tetap meminum obat pasti akan sembuh.
Roni meminum obat dengan jumlah yang banyak selama satu tahun secara teratur dan konsisten sehingga memerlukan dukungan keluarga, dalam proses pengobatan Roni mengalami emosional yang sulit di atur sehingga sering melakukan pengerusakan barang yang ada di dalam kamarnya, namun karena adanya peran keluarga yang sering mengingatkan/menenangkan Roni .
Hal yang tidak mudah untuk dilewati karena prosesnya masih sering bayang-bayangi dengan apakah penyakit ini masih bisa sembuh atau tidak, namun hal ini harus jalani hari demi hari.
Melihat data penyakit kusta dari beberapa kabupaten yang ada di sulawesi Selatan menjelaskan bahwa penyakit ini masih harus kita suarakan bersama-sama untuk memberikan edukasi dan memberikan informasi kepada masyarakat yang ada Sulawesi Selatan untuk menghentikan stigma buruk terhadap saudara kita, orang dalam kusta, pasien kusta/suspect dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK).
Setahun berlalu proses penyembuhan, tepatnya tahun 2017 setalah melawati proses pemulihan dari sakit yang telah di alami, hal yang harus di lewati ketika bapak saya meninggal dunia hal itu membuat saya sangat murung, sedih karena kehilangan orang tua yang berperan penting dalam hidup saya, itu kemudian membuat saya untuk berfikir lebih keras “apakah dunia tidak lagi berpihak kepada saya?
Tetapi saya tidak memilih untuk menyerah, akan tetapi saya memilih untuk melawan yang telah terjadi sehingga ucapan yang sering ku sampaikan “Saya bersyukur dengan penyakit yang saya alami, membuat saya bisa merasakan arti rasa sakit karena dari peristiwa ini membuat nurani saya untuk membantu orang yang mengalami hal serupa untuk tetap memiliki impian besar dan memastikan tidak ada lagi orang seperti saya diluar sana”
Terhubung melalui via telfon Irawati, kaka Roni, nama panggilan (Kaka Ira) saya memulainya dengan saling menganal untuk mengawali pembicaraan agar kenyamanan terbangun, lalu saya memulai pertanyaan saya dengan “bagaimana dukungan keluarga dalam proses penyembuhan saudara Roni ?”
hal yang kami lakukan tentunya ingin memastikan bercak putih yang ada di tubuh Roni , apakah hanya sebuah alergi atau apa, namun setelah hasil pemeriksaan di puskesmes membuat saya dan keluarga kaget karena menganggap bahwa ini hanya sebuah alergi biasa namun ternyata bukan hanya alergi tetapi penyakit yang bisa menular, karena waktu itu sempat terjadi kekhawatiran karena minimnya informasi terkait penyakit kusta yang membuat keluarga bingung karena apa yang di alami adik saya tidak pernah di alami keluarganya, sehingga Roni sendiri sempat menganggap bahwa dia akan asingkan dari keluarga, namun saya meyakinkan Roni kalo penyakit ini bisa sembuh karena menganggap bahwa kuasa tuhan akan senantiasa ada ketika manusia mau berusaha.
Dengan kondisi yang masih khawatir, kami tidak perlihatkan agar semangat Roni tetap terjaga, karena melihat kondisinya semakin hari mulai sensitif, mudah tersinggung dan tidak percaya diri, setahun kami lewati dengan berat karena berjuang melawan penyakit yang menimpah adik saya karena harus meminum banyak obat perharinya, rasa sakit yang di alaminya, saya melihatnya hari demi hari dan juga merahasiakan agar tetangga tidak mengatahui karena ketika di ketahui oleh tetangga maka keluarga kami akan kucilkan dan dijauhi. Yang membuat kami mulai tenang pada saat Roni sudah mulai mengatakan sudah ada perubahan dan kami dari keluarga terus mendampangi untuk tetap terus memeriksa kondisinya mesti sudah tidak pernah ada reaksinya lagi, hal yang paling menguatkan saya pada waktu itu
“Bahwa Roni manusia yang kuat karena tetap menjalankan ibadahnya dalam kondisi fisik dan mentalnya lagi uji dengan penyakit”.
Setelah moment panjang yang telah dilewati dari meminum obat yang banyak untuk memulihkan reaksi yang sakit dalam tubuhnya, melakukan pemeriksaan secara konsisten, support keluarga dan pemdampingan oleh tenaga medis sehingga memberikan kembali ruang sosial terhadap Roni untuk kembali memulai kariernya dengan dikenalkan organisasi perhimpunan mandiri kusta (PerMaTa) tahun 2018 oleh seorang tenaga medis, inilah menjadi awal mengenal penyakit kusta secara detail bahwa penyakit yang menular tapi sulit untuk menularkan dan mulai mengikuti kegiatan pelatihan mengajari perempuan disabilitas dan OYPMK yang buta aksara, juga kegiatan program pendataan anak muda OYPMK Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Barru dan juga pernah mengikuti kajian NRL Indonesia dan memberdayakan saudara OYPMK lainnya.
Jurnalis : Tubagus
0 Komentar